"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Selasa, 06 September 2016

Teknologi dan Medsos



TEKNOLOGI DAN PENGGUNAANNYA
(upaya menyikapi perkembangannya dengan bijaksana)
bagian terakhir
oleh Abu Quhava Ahda Al-Banjary
 

Hampir rata-rata anak saat ini telah mengenal Gadget, bahkan beberapa anak balita lebih mengenal Gadget sebelum ia mampu berjalan dan mengenal yang lain, misalnya huruf dan angka.  Semua ini bisa terjadi karena proses interaksi anak dengan Gadget sejak usia dini melalui oleh orang-orang disekitarnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung adalah ketika orang tua memang secara sadar memberikan Gadget untuk anaknya sebagi alat untuk bermain atau sebagai penenang di waktu rewel, meskipun ada yang menganggapnya sebagai proses belajar bagi anak. Sedangkan secara tidak langsung adalah ketika anak menyaksikan bagaimana anggota keluarga sering menggunakan Gadget miliknya bahkan tampak sangat sibuk dengannya ,
sehingga pengetahuan akan Gadget hadir tanpa sadar karena seringnya melihat orang menggunakannya. Interaksi anak dengan Gadget perlu disikapi dengan bijak oleh para orang tua. Karena sebagaimana diketahui, bahwa kemajuan teknologi bagai pisau bermata dua, kebaikan dan keburukan dari penggunaannya tergantung di tangan siapa ia berada dan bagaimana penggunaannya. Sebagai upaya pencegahan (preventif) terhadap penyalahgunaan teknologi perlu kiranya anak dikenalkan dengan rambu-rambu yang jelas seputar penggunaan Gadget atau berbagai alat semisalnya.
Hal yang sangat penting bagi orang tua, selain pengenalan rambu-rambu berupa nilai terkait norma (khususnya Agama), juga pentingnya fungsi kontrol dan pengawasan terhadap penggunaan Gadget itu sendiri. Mau tidak mau orang tua harus selalu memperhatikan konten yang ada dalam Gadget yang dipakai anaknya, aplikasi apa saja yang terinstall di dalamnya, riwayat kunjungannya ketika sedang berinternet ria, siapa saja teman Chattingnya dan hal lain semisalnya. Mengingat akan hal ini, orang tua secara perlahan harus ‘melek teknologi’, tidak Gaptek serta peka terhadap setiap  perkembangannya. Minimal orang tua mengetahui tentang teknologi masa kini jika tidak bisa menjadi seorang ahli, mengingat berbagai keterbatasan orang tua.
Anak saat ini memang sangat hebat dalam memperoleh informasi, cakap dalam pengoprasioanalan berbagai perangkat elektronik, sehingga sering kali pengetahuan orang tua yang meskipun senior dari segi umur, malah tercecer jauh di belakang dari segi keahlian dan kemampuan akan pemanfaatan teknologi tersebut. Akan tetapi dengan otoritas yang ia miliki, ia mampu menjadi pengontrol dan pengawas bagi anak, maka setidaknya dengan kewenangan yang dimiliki tersebut ia mampu membatasi anak dalam pencarian jati diri dan pemenuhan rasa ingin tahu yang umum terjadi pada diri anak dengan fasilitas teknologi yang bernama gadget. orang tua juga harus mampu memberikan pemahaman bahwa anak memang memiliki hak, akan tetapi hak tersebut memilki batas-batas sehingga tidak merusak hak orang lain.
Allah SWT mengingatkan hambanya sebagaimana Q.S. At-Tahrim Ayat 6 : “ Hai Orang Yang beriman Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Pesan ini merupakan Warning (peringatan) bagi orang yang beriman khususnya kepala keluarga agar mampu menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Sebab-sebab seseorang masuk ke dalam neraka adalah kemaksiatan yang dilakukan, dan kemaksiatan yang dilakukan bisa dimulai dari berbagai sebab, diantaranya adalah ketidakmampuan mengendalikan teknologi ke arah yang benar. Banyak ditemukan kasus di lapangan, ada anak terlibat kejahatan seksual dan kriminal lainnya disebabkan oleh paparan teknologi yang tidak sehat. Informasi yang ia dapatkan dari internet baik berupa gambar dan video menginspirasinya untuk melakukan hal seharusnya tidak ia lakukan (misalnya prilaku seksual menyimpang). Keinginan memenuhi gaya hidup sebagaimana orang lain, namun karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi bisa membuat anak nekat melakukan tindak pidana misalnya pencurian. Mengingat secara psikologi anak memang memiliki kehendak sendiri, namun kadang labil dalam mengambil sikap, sehingga ketika menginginkan sesuatu hanya fokus pada tujuan saja tanpa mempertimbangkan cara mencapai tujuan tersebut, serta dampak yang bisa diakibatkan jika kehendaknya telah terpenuhi. Maka peran orangtua lah memberikan pemahaman serta kontrol terhadap pola prilaku anak dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan teknologi.
Orang tua juga berkewajiban membangun lingkungan yang sehat dalam pergaulan anak. Keharmonisan keluarga, ketaatan tiap anggota keluarga dalam menjalankan perintah agama, kemampuan menjalin silaturrahmi dengan keluarga besar serta menjalin kedekatan dengan tetangga bisa menjadi karakter baik bagi anak yang secara otomatis telah menjadi kepribadiannya karena terus menerus dipupuk dalam kehidupannya sehari-hari. Menjalin komunikasi yang intens antara orang tua dan anak bisa membuat anak mamiliki tempat berbagi dan konsultasi tentang masalah pribadinya, ia tidak perlu mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya dengan media atau orang lain (misalnya Om Google dan rekan-rekannya). Di samping itu, orang tua harus mampu menjaga pergaulan anaknya, di mana batasannya, mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang mashlahat dan mana yang mudharat. Kesemuanya tentu saja mengacu tuntunan dan standar  syari’at.  Jangan sampai pergaulan anak dengan lingkungan membawa dampak yang buruk bagi anak yang otomatis berimbas pada orang tua tidak hanya di dunia, namun juga diakhirat sebagai pertanggung jawaban atas amanat yang Sang Khaliq berikan. Anak adalah generasi penerus, oleh sebab itu jika menginginkan masyarakat berkualitas maka hasilkanlah generasi penerus yang berkualitas. generasi berkualitas hanya dihasilkan dengan kerja keras bukan hanya dengan duduk diam dan berharap ia baik dengan sendirinya.

“Jadilah baik, tetap konsisten dalam kebaikan tersebut maka kau akan mendapatkan yang baik dan melahirkan sesuatu yang baik pula”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar