TEKNOLOGI DAN PENGGUNAANNYA
(upaya menyikapi perkembangannya dengan bijaksana)
bagian terakhir
Hampir rata-rata
anak saat ini telah mengenal Gadget, bahkan beberapa anak balita lebih mengenal
Gadget sebelum ia mampu berjalan dan mengenal yang lain, misalnya huruf dan
angka. Semua ini bisa terjadi karena proses
interaksi anak dengan Gadget sejak usia dini melalui oleh orang-orang
disekitarnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara
langsung adalah ketika orang tua memang secara sadar memberikan Gadget untuk
anaknya sebagi alat untuk bermain atau sebagai penenang di waktu rewel,
meskipun ada yang menganggapnya sebagai proses belajar bagi anak. Sedangkan
secara tidak langsung adalah ketika anak menyaksikan bagaimana anggota keluarga
sering menggunakan Gadget miliknya bahkan tampak sangat sibuk dengannya ,
sehingga pengetahuan akan Gadget hadir tanpa sadar karena seringnya melihat orang menggunakannya. Interaksi anak dengan Gadget perlu disikapi dengan bijak oleh para orang tua. Karena sebagaimana diketahui, bahwa kemajuan teknologi bagai pisau bermata dua, kebaikan dan keburukan dari penggunaannya tergantung di tangan siapa ia berada dan bagaimana penggunaannya. Sebagai upaya pencegahan (preventif) terhadap penyalahgunaan teknologi perlu kiranya anak dikenalkan dengan rambu-rambu yang jelas seputar penggunaan Gadget atau berbagai alat semisalnya.
sehingga pengetahuan akan Gadget hadir tanpa sadar karena seringnya melihat orang menggunakannya. Interaksi anak dengan Gadget perlu disikapi dengan bijak oleh para orang tua. Karena sebagaimana diketahui, bahwa kemajuan teknologi bagai pisau bermata dua, kebaikan dan keburukan dari penggunaannya tergantung di tangan siapa ia berada dan bagaimana penggunaannya. Sebagai upaya pencegahan (preventif) terhadap penyalahgunaan teknologi perlu kiranya anak dikenalkan dengan rambu-rambu yang jelas seputar penggunaan Gadget atau berbagai alat semisalnya.
Hal yang
sangat penting bagi orang tua, selain pengenalan rambu-rambu berupa nilai terkait
norma (khususnya Agama), juga pentingnya fungsi kontrol dan pengawasan terhadap
penggunaan Gadget itu sendiri. Mau tidak mau orang tua harus selalu memperhatikan
konten yang ada dalam Gadget yang dipakai anaknya, aplikasi apa saja yang
terinstall di dalamnya, riwayat kunjungannya ketika sedang berinternet ria,
siapa saja teman Chattingnya dan hal lain
semisalnya. Mengingat akan hal ini, orang tua secara perlahan harus ‘melek teknologi’, tidak Gaptek serta peka terhadap setiap perkembangannya. Minimal orang tua mengetahui
tentang teknologi masa kini jika tidak bisa menjadi seorang ahli, mengingat
berbagai keterbatasan orang tua.
Anak saat
ini memang sangat hebat dalam memperoleh informasi, cakap dalam
pengoprasioanalan berbagai perangkat elektronik, sehingga sering kali
pengetahuan orang tua yang meskipun senior dari segi umur, malah tercecer jauh di
belakang dari segi keahlian dan kemampuan akan pemanfaatan teknologi tersebut. Akan
tetapi dengan otoritas yang ia miliki, ia mampu menjadi pengontrol dan pengawas
bagi anak, maka setidaknya dengan kewenangan yang dimiliki tersebut ia mampu membatasi
anak dalam pencarian jati diri dan pemenuhan rasa ingin tahu yang umum terjadi
pada diri anak dengan fasilitas teknologi yang bernama gadget. orang tua juga
harus mampu memberikan pemahaman bahwa anak memang memiliki hak, akan tetapi
hak tersebut memilki batas-batas sehingga tidak merusak hak orang lain.
Allah SWT
mengingatkan hambanya sebagaimana Q.S. At-Tahrim Ayat 6 : “ Hai Orang Yang beriman Jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”.
Pesan ini merupakan
Warning (peringatan) bagi orang yang
beriman khususnya kepala keluarga agar mampu menjaga diri dan keluarga dari api
neraka. Sebab-sebab seseorang masuk ke dalam neraka adalah kemaksiatan yang dilakukan,
dan kemaksiatan yang dilakukan bisa dimulai dari berbagai sebab, diantaranya adalah
ketidakmampuan mengendalikan teknologi ke arah yang benar. Banyak ditemukan kasus
di lapangan, ada anak terlibat kejahatan seksual dan kriminal lainnya
disebabkan oleh paparan teknologi yang tidak sehat. Informasi yang ia dapatkan
dari internet baik berupa gambar dan video menginspirasinya untuk melakukan hal
seharusnya tidak ia lakukan (misalnya prilaku seksual menyimpang). Keinginan
memenuhi gaya hidup sebagaimana orang lain, namun karena keadaan ekonomi
keluarga yang tidak mencukupi bisa membuat anak nekat melakukan tindak pidana
misalnya pencurian. Mengingat secara psikologi anak memang memiliki kehendak
sendiri, namun kadang labil dalam mengambil sikap, sehingga ketika menginginkan
sesuatu hanya fokus pada tujuan saja tanpa mempertimbangkan cara mencapai
tujuan tersebut, serta dampak yang bisa diakibatkan jika kehendaknya telah
terpenuhi. Maka peran orangtua lah memberikan pemahaman serta kontrol terhadap
pola prilaku anak dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan teknologi.
Orang tua
juga berkewajiban membangun lingkungan yang sehat dalam pergaulan anak. Keharmonisan
keluarga, ketaatan tiap anggota keluarga dalam menjalankan perintah agama,
kemampuan menjalin silaturrahmi dengan keluarga besar serta menjalin kedekatan
dengan tetangga bisa menjadi karakter baik bagi anak yang secara otomatis telah
menjadi kepribadiannya karena terus menerus dipupuk dalam kehidupannya
sehari-hari. Menjalin komunikasi yang intens
antara orang tua dan anak bisa membuat anak mamiliki tempat berbagi dan konsultasi
tentang masalah pribadinya, ia tidak perlu mencari jawaban atas masalah yang
dihadapinya dengan media atau orang lain (misalnya Om Google dan
rekan-rekannya). Di samping itu, orang tua harus mampu menjaga pergaulan
anaknya, di mana batasannya, mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang mashlahat
dan mana yang mudharat. Kesemuanya tentu saja mengacu tuntunan dan standar syari’at. Jangan sampai pergaulan anak dengan lingkungan
membawa dampak yang buruk bagi anak yang otomatis berimbas pada orang tua tidak
hanya di dunia, namun juga diakhirat sebagai pertanggung jawaban atas amanat
yang Sang Khaliq berikan. Anak adalah generasi penerus, oleh sebab itu jika
menginginkan masyarakat berkualitas maka hasilkanlah generasi penerus yang
berkualitas. generasi berkualitas hanya dihasilkan dengan kerja keras bukan
hanya dengan duduk diam dan berharap ia baik dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar