"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Senin, 12 September 2016

Ibadah Qurban


MANAGEMENT PENGELOLAAN IBADAH SOSIAL
"Menghindari Mudarat meraih Manfaat"
 oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary



Ibadah Qurban menjadi rutinitas sebagian besar kaum muslimin yang memiliki kelebihan harta di tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, bahkan sebagian mustad'afin pun tetap semangat untuk berkurban di tengah keterbatasan. Ibadah yang meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail ini merupakan perwujudan kecintaan yang amat tinggi kepada yang sepantasnya mendapatkan cinta yakni Allah SWT dan juga bentuk kecintaan kepada sesama dalam bentuk ibadah sosial yang imbasnya dirasakan masyarakat secara luas.
Shahibul Qurban seyogyanya memahami bahwa ibadah Qurban bukan hanya sesuatu yang zahir terlihat, disaksiakn dan dirasakan oleh orang lain, tetapi lebih dari itu merupakan kesadaran akan hakikat sebenarnya dari ibadah qurban yakni berupa pendekatan diri kepada Allah dan perwujudan ketakwaan. Karena hewan yang disembelih ataupun darah yang dialirkan dalam ibadah qurban tidak akan sampai kepada Allah, yang sampai adalah ketakwaan dari orang yang berqurban (shahibul qurban)
Allah Ta’ala berfirman,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)

Mengingat yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan, maka jangan sampai ibadah yang dilakukan malah menjadi ajang pemunculan riya dan sum'ah. Ibadah hanya untuk prestise dan agar dianggap orang yang mampu. Jika hal ini terjadi, amal ibadah qurban tak akan berbekas menjadi pahala karena tergerus oleh gelombang riya dan sum'ah tanpa dirasa.
Ibadah qurban memang mampu memberikan dampak yang cukup besar bagi masyarakat, akan tetapi di sebagian tempat management yang buruk dari pelaksana ibadah qurban malah membawa kemelaratan. Sebagaimana halnya zakat dan sedekah yang diberikan pada saat menjelang idul fitri, seringkali orang berebut untuk mendapatkan zakat atau sedekah sehingga terjadi saling dorong bahkan membawa kepada kematian atau luka-luka karena terinjak-injak. Sama halnya dengan pelaksanaan pembagian daging qurban, sebagian besar masyarakat rela berebut dan berdesakan untuk berebut kantung-kantung daging kurban. Seharusnya panitia pelaksana harus belajar dari pengalaman yang telah berlalu, perlu kiranya memiliki data yang valid terkait jumlah calon penerima daging qurban sehingga pembagian bisa dimaksimalkan. Selain itu seandainya pengumpulan calon penerima daging qurban dalam tempat dan waktu bersamaan bisa memicu kejadian yang tidak diinginkan seperti saling dorong atau saling injak, maka bisa ditentukan kebijakan lain misalnya panitia yang membagikannya kepada calon penerima ke rumahnya masing-masing. Selain itu bisa juga dibedakan waktu pengambilannya bagi masing-masing calon penerima  daging qurban, sehingga bisa menghindari kerumunan orang yang bisa membawa kemudharatan.

"Sesuatu yang baik tanpa diringi management yang baik akan melahirkan sesuatu yang buruk"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar