WARGA MUHAMMADIYAH DAN FARDHU KIFAYAH
(Semangat Ibadah Secara Kolektif)
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Alabio (salah satu daerah di Kab. Hulu Sungai Utara) kurang lebih enam belas tahun yang lalu, ada sebuah
kegiatan yang sangat berkesan (kalau boleh disebut budaya) yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah yang baru penulis temukan, meskipun penulis juga lahir dari keluarga
Muhammadiyah namun ada sedikit perbedaan terkait budaya tersebut antara di Alabio dengan di tempat lahir penulis. Alabio yang dikenal sebagai tempat awal tumbuhnya organisasi
Muhammadiyah di Kalimantan memang termasuk basis organisasi yang cukup kuat. Namun saat ini sebagaimana daerah lain, Alabio cukup kesulitan melahirkan kader militan
serta berwawasan berkemajuan dalam menjaga dan mengembangkan organisasi yang
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini.
Budaya yang
penulis maksud adalah kegiatan terkait penyelenggaran jenazah, salah satu fardhu kifayah yang dibebankan kepada kaum Muslimin. Penyelenggaraan
Jenazah memang bukan budaya melainkan syariat, akan tetapi antusiasme dan
semangat warga Muhammadiyah dalam ikut serta mengantarkan saudara se iman
mereka hingga ke kubur itulah yang patut diacungi jempol, dan inilah yang penulis
maksud sebagai budaya. Hingga saat ini budaya (antusiasme) warga Muhammadiyah
menghadiri shalat jenazah di wilayah Alabio masih sangat luar biasa, ditambah
lagi beberapa cabang Muhammadiyah memiliki mobil operasional sehingga
bisa bersama-sama menghadiri shalat jenazah, bahkan hingga ke luar daerah misalnya
Hulu Sungai tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tapin.
Semangat dalam
shalat fardhu kifayah (shalat Jenazah) hingga mengantarkan ke Kubur (Maqbarah) memang sangat luar biasa, bukan hanya ketika jenazah itu
tokoh atau pimpinan Muhammadiyah tetapi juga jika Jenazah itu hanya anggota
bahkan simpatisan Muhammadiyah saja. Penulis belum sepenuhnya mendalami apa
yang menjadi pemicu semangat tersebut, apakah karena faktor kesadaran tinggi
yang telah dijunjung dan diwariskan oleh para pendahulu dari kalangan warga
Muhammadiyah akan hak sesama Muslim atau tentang tingginya ganjaran yang
dijanjikan oleh Allah atas orang yang ikut melaksanakan setiap kegiatan
penyelenggaraan jenazah (baca; menshalatkan dan mengantarkan jenazah ke kubur).
Sebelum menginjakkan
kaki ke Alabio, penulis sering melihat (saat masih kecil) bagaimana jumlah orang
yang menshalatkan dan mengantar jenazah. Jumlahnya tidak terlalu banyak, Terlebih
di sebagian tempat budaya "amplop" shalat jenazah masih banyak
dilakukan. Akibat yang ditimbulkan adalah
ketika keluarga yang meninggal tergolong tidak mampu, maka mereka tidak
bisa mengundang banyak orang untuk ikut shalat jenazah. Jika keluarga yang
meninggal termasuk keluarga berada maka mereka bisa mengundang lebih banyak
jama'ah untuk ikut dalam kegiatan shalat jenazah tersebut. Meskipun tidak bisa
dipungkiri beberapa orang tetap ikut melaksanakan shalat jenazah walaupun tidak
dapat amplop atau sengaja tidak menerima amplop dari keluarga mayit.
Setelah beberapa
tahun tinggal di Alabio setidaknya ada tips and trick yang dilakukan oleh Majelis yang mengurus
penyelenggaran jenazah di lingkungan Muhammadiyah yang melatar belakangi antusiasme warga Muhammadiyah terlibat dalam pelaksanaan fardhu kifayah yaitu dengan memanfaatkan
surat pemberitahuan yang dikenal dengan "Berita Kematian". Pemberitahuan
berupa surat tersebut dikirim hampir ke seluruh ranting, Mushalla (langgar),
dan Masjid Muhammadiyah dan selanjutnya diumumkan menggunakan pengeras suara agar didengar dan diketahui oleh masyarakat. Saat
ini bahkan berita kematian dengan mudah bisa dikirim via sms dan yang semisalnya
meskipun cara konvensional dengan surat masih digunakan. Dengan adanya
pemberitahuan akan meninggalnya salah seorang anggota Muhammadiyah maka
biasanya warga Muhammadiyah dari berbagai tempat akan berbondong-bondong serta berkumpul
untuk berpartisipasi dalam kegiatan shalat jenazah hingga mengantarkan jenazah
ke kubur. Maka tidak heran kadang kegiatan shalat jenazahnya jama'ahnya jauh lebih banyak dibanding shalat jum'at. Jika di tempat lain yang hadir dalam shalat jenazah mungkin hanya warga di sekitar tempat tinggal mayit, maka di Alabio tidak demikian, hampir dari setiap desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang ada warga Muhammadiyahnya ikut serta dalam penyelenggaraan jenazah.
Pemeriatahuan
atau seruan bisa menjadi sarana efektif untuk mengajak orang lain melakukan
kebaikan. Ditambah lagi keikutsertaan banyak orang bisa menumbuhkan semangat
mengikuti atau bisa diistilahkan dengan psikologi massa sehingga orang tergerak
untuk ikut dengan orang banyak.
Amar Ma'ruf
Nahi Munkar tidak akan pernah Mudah, maka lakukan dengan ikhlas dan meminta
pertolongan kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar