"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Rabu, 07 September 2016

Spirit Warga Muhammadiyah

WARGA MUHAMMADIYAH DAN FARDHU KIFAYAH
(Semangat Ibadah Secara Kolektif)
oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary




Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Alabio (salah satu daerah di Kab. Hulu Sungai Utara) kurang lebih enam belas tahun yang lalu, ada sebuah kegiatan yang sangat berkesan (kalau boleh disebut budaya) yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah  yang baru penulis temukan, meskipun penulis juga lahir dari keluarga Muhammadiyah namun ada sedikit perbedaan terkait budaya tersebut antara di Alabio dengan di tempat lahir penulis. Alabio yang dikenal sebagai tempat awal tumbuhnya organisasi Muhammadiyah di Kalimantan memang termasuk basis organisasi yang cukup kuat. Namun saat ini sebagaimana daerah lain, Alabio cukup kesulitan melahirkan kader militan serta berwawasan berkemajuan dalam menjaga dan mengembangkan organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini.
Budaya yang penulis maksud adalah kegiatan terkait penyelenggaran jenazah, salah satu fardhu kifayah yang dibebankan kepada kaum Muslimin. Penyelenggaraan Jenazah memang bukan budaya melainkan syariat, akan tetapi antusiasme dan semangat warga Muhammadiyah dalam ikut serta mengantarkan saudara se iman mereka hingga ke kubur itulah yang patut diacungi jempol, dan inilah yang penulis maksud sebagai budaya. Hingga saat ini budaya (antusiasme) warga Muhammadiyah menghadiri shalat jenazah di wilayah Alabio masih sangat luar biasa, ditambah lagi beberapa cabang Muhammadiyah memiliki mobil operasional sehingga bisa bersama-sama menghadiri shalat jenazah, bahkan hingga ke luar daerah misalnya Hulu Sungai tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tapin.
Semangat dalam shalat fardhu kifayah (shalat Jenazah) hingga mengantarkan ke Kubur (Maqbarah) memang sangat luar biasa, bukan hanya ketika jenazah itu tokoh atau pimpinan Muhammadiyah tetapi juga jika Jenazah itu hanya anggota bahkan simpatisan Muhammadiyah saja. Penulis belum sepenuhnya mendalami apa yang menjadi pemicu semangat tersebut, apakah karena faktor kesadaran tinggi yang telah dijunjung dan diwariskan oleh para pendahulu dari kalangan warga Muhammadiyah akan hak sesama Muslim atau tentang tingginya ganjaran yang dijanjikan oleh Allah atas orang yang ikut melaksanakan setiap kegiatan penyelenggaraan jenazah (baca; menshalatkan dan mengantarkan jenazah ke kubur).
Sebelum menginjakkan kaki ke Alabio, penulis sering melihat (saat masih kecil) bagaimana jumlah orang yang menshalatkan dan mengantar jenazah. Jumlahnya tidak terlalu banyak, Terlebih di sebagian tempat budaya "amplop" shalat jenazah masih banyak dilakukan. Akibat yang ditimbulkan adalah  ketika keluarga yang meninggal tergolong tidak mampu, maka mereka tidak bisa mengundang banyak orang untuk ikut shalat jenazah. Jika keluarga yang meninggal termasuk keluarga berada maka mereka bisa mengundang lebih banyak jama'ah untuk ikut dalam kegiatan shalat jenazah tersebut. Meskipun tidak bisa dipungkiri beberapa orang tetap ikut melaksanakan shalat jenazah walaupun tidak dapat amplop atau sengaja tidak menerima amplop dari keluarga mayit.
Setelah beberapa tahun tinggal di Alabio setidaknya  ada tips and trick  yang dilakukan oleh Majelis yang mengurus penyelenggaran jenazah di lingkungan Muhammadiyah yang melatar belakangi antusiasme warga Muhammadiyah terlibat dalam pelaksanaan fardhu kifayah yaitu dengan memanfaatkan surat pemberitahuan yang dikenal dengan "Berita Kematian". Pemberitahuan berupa surat tersebut dikirim  hampir ke seluruh ranting, Mushalla (langgar), dan Masjid Muhammadiyah dan selanjutnya diumumkan menggunakan pengeras suara agar didengar dan diketahui oleh masyarakat. Saat ini bahkan berita kematian dengan mudah bisa dikirim via sms dan yang semisalnya meskipun cara konvensional dengan surat masih digunakan. Dengan adanya pemberitahuan akan meninggalnya salah seorang anggota Muhammadiyah maka biasanya warga Muhammadiyah dari berbagai tempat akan berbondong-bondong serta berkumpul untuk berpartisipasi dalam kegiatan shalat jenazah hingga mengantarkan jenazah ke kubur. Maka tidak heran kadang kegiatan shalat jenazahnya jama'ahnya jauh lebih banyak dibanding shalat jum'at. Jika di tempat lain yang hadir dalam shalat jenazah mungkin hanya warga di sekitar tempat tinggal mayit, maka di Alabio tidak demikian, hampir dari setiap desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang ada warga Muhammadiyahnya ikut serta dalam penyelenggaraan jenazah.
Pemeriatahuan atau seruan bisa menjadi sarana efektif untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan. Ditambah lagi keikutsertaan banyak orang bisa menumbuhkan semangat mengikuti atau bisa diistilahkan dengan psikologi massa sehingga orang tergerak untuk ikut dengan orang banyak.

Amar Ma'ruf Nahi Munkar tidak akan pernah Mudah, maka lakukan dengan ikhlas dan meminta pertolongan kepada Allah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar