MASIH
PACARAN???
Jadikan S.A.H
(Sudahi atau Halalkan)
Oleh : Abu
Quhava Ahda Al-Banjary
Budaya pacaran
dianggap hal yang biasa oleh sebagian besar orang, terlebih saat ini dunia
intertaintment seolah mengajarkan agar setiap orang, bahkan anak bau kencur sekalipun untuk menjalin hubungan yang mengatasnamakan
cinta yang biasa disebut pacaran.
Pacaran diidentikkan
dengan cinta padahal keduanya berbeda. Cinta adalah perasaan kasih dan sayang yang
merupakan fitrah manusia, ia tercipta agar ia disalurkan kepada sesuatu yang
diperbolehkan atau yang memang menjadi haknya, sedangkan pacaran adalah penurutan
hawa nafsu yang nebeng serta mendompleng popularitas cinta. Apapun namanya,
apapun gayanya ketika seseorang yang berlainan jenis (laki-laki/perempuan)
menjalin suatu hubungan dengan keakraban yang intens sedang ia tidak disahkan
oleh ikatan yang diawali dengan aqad yang menghalalkan, maka ia adalah
perbuatan yang mendekati pada perzinaan dan hukumnya haram. Walaupun tampilannya tampak islami, dengan
jilbab ataupun peci, akan tetapi tidak memiliki hubungan yang sah dan malah
pegangan tangan atau bahkan gandengan, maka itu bukan islam. Ajaran islam sama
sekali tidak pernah mengajarkan akan hal itu.
Berbicara masalah
hubungan dengan dasar cinta, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa cinta memerlukan tanggung jawab sedangkan pacaran berusaha menghindar
dari tanggung jawab. Ketika seseorang benar-benar cinta, maka ia akan datang kepada orang tua/walinya untuk meminang dan menikahi, mengambil tanggung jawab orang tua / wali
untuk jadi tanggung jawabnya. Adapun pacaran
ia adalah hubungan tanpa kejelasan, ketika ia dijalin dan diikat, maka tidak
perlu disaksikan siapapun, yang diperlukan hanya kesepakatan. Ketika hubungan itu putus pun, tidak ada
yang bisa dimintai pertanggung jawaban atas apa yang terjadi dalam ikatan asal
sepakat tesebut. Cinta itu jujur sedangkan pacaran adalah kemunafikan, ketika
seseorang mencintai maka yang disampaikan adalah kebaikan dan kebenaran
meskipun terasa pahit, namun pacaran ia senantiasa berusaha terlihat baik
sehingga sesuatu yang tidak baik atau dianggap tidak baik akan ditutup dengan
kebohongan sehingga selalu terlihat baik. Orang yang mencintai akan membawa orang yang dicintai kepada kebaikan dan kebahagiaan, sedangkan dalam pacaran tidaklah pasangannya dibawa kecuali semakin dekat kepada maksiat dan dosa yang berujung pada neraka.
Sebagian menganggap
pacaran adalah upaya mengenali pribadi calon pasangan, maka dapat dikatan bahwa untuk mengenal
tidak perlu menjalin hubungan pacaran. Standar yang digariskan syariat sangat mudah,
mencari pasangan dengan kriteria apapun,
yang penting agamanya harus menjadi nomor satu. Boleh mencari pasangan yang cantik
parasnya, berpendidikan tinggi, dari keturunan terhormat atau yang memiliki
kekayaan, tetapi semuanya tetap harus mengedepankan agama, karena agama adalah
syarat mutlak sedangkan yang lain hanya pelengkap. Ketika agama calon pasangan
sudah mumpuni dalam agama, maka yang dilakukan selanjutnya tidak lagi penjajakan tetapi pelaminan.
Untuk para remaja
ataupun pemuda, dalam usia emas yang dimiliki maka gunakanlah waktu untuk berkarya atau
belajar sebanyak-banyaknya, menjalin cinta itu ada waktunya yakni saat kau telah
menghalalkannya. Mapankan diri dalam segala hal, dalam kepribadian, dalam
keuangan dan yang lebih penting dalam hal pegangan (agama). Pendamping yang baik
hanya untuk orang yang baik, oleh sebab itu perbaiki diri maka Allah akan
memberikan yang terbaik.
Menghalalkan
hubungan memang berat, metamorfosis dari saya menjadi kita memerlukan
pengorbanan. Harus sabar dalam setiap tahapan, harus kuat ditengah goncangan
dan harus semangat melihat masa depan. Oleh sebab itu ketika rasa cinta mulai
bersemi dan terlihat akan diterima dan ditanggapi, kuatkan hati dan siapkan
diri, karena jika tidak maka fitnah yang menghampiri, pilihan yang ada tinggal
dua sudahi atau nikahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar