"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Rabu, 07 September 2016

Muhasabah

Cerdas Menyikapi Kekurangan dengan Muhasabah Diri
oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary



Ketika sekolah mungkin kita masih ingat sebuah pribahasa  "Semut di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak". Pribahasa ini paling tidak menggambarkan tentang keadaan seseorang yang sangat melihat sesuatu yang jauh, meskipun sangat kecil. Di waktu yang sama ia malah tidak melihat sesuatu  yang dekat dengannya, meskipun hal itu sangat besar. Hal terkait penomena semut dan gajah di atas tampak menjadi sesuatu yang kelihatan mustahil terjadi, karena bagaimana orang mampu melihat sesuatu yang kecil dan jauh dan malah tidak mampu melihat yang besar lagi dekat. Akan tetapi kenyataannya memang terjadi dalam realita kehidupan makhluk yang bernama manusia, sering orang lebih awas akan sesuatu yang ada pada orang lain, terlebih lagi jika itu aib dan kekurangan. Tetapi ia seolah buta akan apa yang ada pada dirinya meskipun itu jauh lebih besar dari aib dan kekurangan orang lain.
Seseorang memang lebih mudah menilai orang lain, menjugde orang lain, mengkritik orang lain seolah ia yang paling sempurna.  Ia kadang tidak mampu melihat ke dalam dirinya, bahkan sengaja tidak mau melihat keadaan dirinya karena terhalang oleh dinding yang bernama ego dan kesombongan. Cobalah kita lihat bagaimana komentator olah raga khususnya sepak bola, terlepas ia mantan pemain (atlit) atau sekedar pengamat, gaya bicaranya mengomentari sebuah pertandingan sangat luar biasa, bahkan hampir tidak ada setiap sudut yang luput dari pengamatan dan komentarnya. Terlebih ketika seorang pemain atau sebuah team tidak bermain baik, jadilah ia objek komentar yang sering menyudutkan. Dalam kondisi ini pengamat atau komentator terlepas dari memang tugas dan fungsinya mengomentari pertandingan dan ia juga dibayar untuk itu, seolah ia sangat mengerti permainan dan mengerti strategi yang seharusnya dijalankan, padahal pada kenyataannya seandainya ia yang disuruh bermaian dalam sebuah pertandingan mungkin saja permainannya jauh lebih buruk dari pemain atau team yang dikomentarinya.
Dalam agama islam yang mulia ini, ada yang dikenal dengan istilah Muhasabah, merupakan kata yang berakar dari kata " Hasaba" atau ”Hisab" yang berarti menghitung, sehingga muhasabah bisa diartikan sebagai kegiatan seseorang menghitung terhadap apa yang ada pada dirinya, terutama kekurangan dan dosa yang telah dilakukan. Dengan muhasabah seorang muslim akan mempunyai sistem managerial yang baik dalam menjalani kehidupannya, dimana ia mampu mengevaluasi apa yang telah dilakukan sehingga mampu melihat ke depan terkait apa yang akan dilakukan dan apa yang dicita-citakan untuk diwujudkan. Disamping itu seseorang yang tengah sibuk menghitung apa yang ada dirinya tidak akan disibukkan menghitung apa yang ada pada orang lain, ia juga sadar bahwa tiap-tiap jiwa hanya akan mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan dan seseorang tidak akan menanggung dosa yang dialakukan oleh orang lain, kecuali jika ia menjadi sebab seseorang tersebut malakukan dosa misalnya dosa yang dilakukan oleh orang lain karena bujukan dan provokasinya.

Muhasabah merupakan sifat mulia, tidaklah menjadi terhina orang yang kenal dengan kekurangan dan aib pribadinya dan dengannya ia memperbaiki diri. Dan tidaklah menjadi mulia orang yang hanya melihat dan memperhatikan kekurangan dan aib orang lain dan merasa dirinya lebih baik dan tanpa cela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar