Cerdas Menyikapi Kekurangan dengan Muhasabah Diri
oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary
Ketika sekolah mungkin kita masih
ingat sebuah pribahasa "Semut di seberang
lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak". Pribahasa ini paling
tidak menggambarkan tentang keadaan seseorang yang sangat melihat sesuatu yang
jauh, meskipun sangat kecil. Di waktu yang sama ia malah tidak melihat sesuatu yang dekat dengannya, meskipun hal itu sangat
besar. Hal terkait penomena semut dan gajah di atas tampak menjadi sesuatu yang
kelihatan mustahil terjadi, karena bagaimana orang mampu melihat sesuatu yang
kecil dan jauh dan malah tidak mampu melihat yang besar lagi dekat. Akan tetapi
kenyataannya memang terjadi dalam realita kehidupan makhluk yang bernama
manusia, sering orang lebih awas akan sesuatu yang ada pada orang lain,
terlebih lagi jika itu aib dan kekurangan. Tetapi ia seolah buta akan apa yang
ada pada dirinya meskipun itu jauh lebih besar dari aib dan kekurangan orang
lain.
Seseorang memang lebih mudah
menilai orang lain, menjugde orang lain, mengkritik orang lain seolah ia
yang paling sempurna. Ia kadang tidak
mampu melihat ke dalam dirinya, bahkan sengaja tidak mau melihat keadaan
dirinya karena terhalang oleh dinding yang bernama ego dan kesombongan. Cobalah
kita lihat bagaimana komentator olah raga khususnya sepak bola, terlepas ia
mantan pemain (atlit) atau sekedar pengamat, gaya bicaranya mengomentari sebuah
pertandingan sangat luar biasa, bahkan hampir tidak ada setiap sudut yang luput
dari pengamatan dan komentarnya. Terlebih ketika seorang pemain atau sebuah
team tidak bermain baik, jadilah ia objek komentar yang sering menyudutkan. Dalam
kondisi ini pengamat atau komentator terlepas dari memang tugas dan fungsinya
mengomentari pertandingan dan ia juga dibayar untuk itu, seolah ia sangat
mengerti permainan dan mengerti strategi yang seharusnya dijalankan, padahal
pada kenyataannya seandainya ia yang disuruh bermaian dalam sebuah pertandingan
mungkin saja permainannya jauh lebih buruk dari pemain atau team yang
dikomentarinya.
Dalam agama islam yang mulia ini,
ada yang dikenal dengan istilah Muhasabah, merupakan kata yang berakar
dari kata " Hasaba" atau ”Hisab" yang berarti
menghitung, sehingga muhasabah bisa diartikan sebagai kegiatan seseorang
menghitung terhadap apa yang ada pada dirinya, terutama kekurangan dan dosa
yang telah dilakukan. Dengan muhasabah seorang muslim akan mempunyai sistem managerial
yang baik dalam menjalani kehidupannya, dimana ia mampu mengevaluasi apa yang
telah dilakukan sehingga mampu melihat ke depan terkait apa yang akan dilakukan
dan apa yang dicita-citakan untuk diwujudkan. Disamping itu seseorang yang
tengah sibuk menghitung apa yang ada dirinya tidak akan disibukkan menghitung
apa yang ada pada orang lain, ia juga sadar bahwa tiap-tiap jiwa hanya akan
mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan dan seseorang tidak akan menanggung
dosa yang dialakukan oleh orang lain, kecuali jika ia menjadi sebab seseorang tersebut
malakukan dosa misalnya dosa yang dilakukan oleh orang lain karena bujukan dan
provokasinya.
Muhasabah merupakan sifat mulia,
tidaklah menjadi terhina orang yang kenal dengan kekurangan dan aib pribadinya
dan dengannya ia memperbaiki diri. Dan tidaklah menjadi mulia orang yang hanya
melihat dan memperhatikan kekurangan dan aib orang lain dan merasa dirinya
lebih baik dan tanpa cela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar