"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Senin, 22 Agustus 2016

PONDOK PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA IDEAL PEMBINAAN ANAK

AYO MONDOK
( Bagian Pertama )
oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary


Kehidupan di pondok pesantren memang sangat berbeda dari kehidupan keluarga pada umumnya, bahkan mungkin untuk beberapa orang perbedaannya mencapai 360 derajat. Sederet regulasi (aturan) bahkan segudang tata tertib disusun dan diterapkan agar kehidupan yang dijalani oleh para santri berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan. Oleh sebab itu perlu kesiapan baik dari calon santri maupun orang tua yang akan memondokkan anaknya. Keperluan anak yang biasanya dengan mudah bisa dipenuhi dan disiapkan orang tua, harus bisa disiapkan sendiri. Hidup dalam lingkungan yang biasa diikat oleh ikatan nasab (keturunan/darah) sehingga telah terjalin kedekatan perlahan harus beradaptasi dengan para pengajar (asatidz) atau santri senior yang beberapa tahun ke depan menjadi mentor dan pembimbing selama nyantri. Selain itu pertemanan dengan sahabat di kampung halaman yang telah dijalin sejak kecil kembali diRefresh dengan menyusun dan mengikat ikatan pertemanan baru dengan sesama anak baru yang sama-sama hidup dan berjuang di bawah bangunan yang bernama pondok pesantren. Adapun bagi orang tua tentu saja dibutuhkan kesabaran karena harus rela terpisah dengan anak yang dicintai serta harus bekerja dengan giat untuk memenuhi keperluan anak selama menempuh pendidikan, baik keperluan makan, pakaian serta tentu saja biaya pendidikan.
Tidak bisa dipungkiri masih banyak pemahaman di masyarakat (anggapan orang kebanyakan) bahwa ketika memasukkan seorang anak ke pondok pesantren pasti didasari oleh dua alasan. Alasan Pertama adalah karena anak tersebut sangat bandel sehingga pondok pesantren dianggap laksana penjara atau lembaga penghukuman bagi anak agar menjadi jera dan bisa merubah tingkah laku atau bahkan sekedar menganggap anak sebagai sedikit sampah yang harus dibuang dan disingkirkan dari kehidupan masyarakat. Alasan Kedua adalah karena menilai anak mempunyai potensi untuk menjadi seorang 'alim dalam hal agama sehingga diharapkan mampu menjadi pengayom masyarakat ketika ia menamatkan pendidikannya serta menjadi pewaris para rasul yang bisa dimintai pendapat atau fatwanya.
Apapun alasan orang tua memondokkan anaknya, setidaknya pilihan tersebut perlu diapresiasi karena Pondok Pesantren adalah lembaga pembinaan ideal. Mengapa pondok pesantren dikatakan merupakan lembaga pendidikan ideal ?, karena pembinaan keceradasan anak baik kognitif, afektif maupun psikomotorik (pembinaan menyeluruh bagi anak) dapat dilakukan dipondok pesantren. Dengan hidup di pondok pesantren anak lebih terfilter dari perkembangan pergaulan yang kurang sehat, selain itu pembagian waktu belajar dan bermain juga lebih baik dibandingkan lembaga keluarga pada umumnya. selain itu, pengawasan dalam hal pembinaan kepribadian dan pengetahuan merupakan hal yang penting agar seorang anak tidak keluar dari jalur dan rambu norma, baik norma agama maupun susila. Maka lembaga pondok pesantren adalah lembaga yang memungkinkan melakukan pengawasan tersebut.
Meskipun demikian tidak bisa dipastikan bahwa anak yang menjadi santri otomatis berhasil ketika menyelesaikan pendidikannya. Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan seseorang ketika menjadi santri, sebut saja misalnya keseriusan anak dalam menjalani pendidikan, kurikulum yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan Pembianaan dan Pembelajaran di Pondok Pesantren baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun disadari atau tidak, kadang-kadang anak pondok pesantren yang paling bandel sekalipun masih bisa tampil di masyarakat baik sebagai imam shalat berjalmaah atau muazzin.


Bersambung…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar