AYO MONDOK
( Bagian Pertama )
oleh : Abu Quhava Ahda Al-Banjary
Kehidupan di pondok pesantren memang sangat
berbeda dari kehidupan keluarga pada umumnya, bahkan mungkin untuk beberapa
orang perbedaannya mencapai 360 derajat. Sederet regulasi (aturan) bahkan
segudang tata tertib disusun dan diterapkan agar kehidupan yang dijalani oleh
para santri berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan. Oleh sebab itu perlu
kesiapan baik dari calon santri maupun orang tua yang akan memondokkan anaknya.
Keperluan anak yang biasanya dengan mudah bisa dipenuhi dan disiapkan orang tua,
harus bisa disiapkan sendiri. Hidup dalam lingkungan yang biasa diikat oleh
ikatan nasab (keturunan/darah) sehingga telah terjalin kedekatan perlahan harus
beradaptasi dengan para pengajar (asatidz) atau santri senior yang beberapa
tahun ke depan menjadi mentor dan pembimbing selama nyantri. Selain itu
pertemanan dengan sahabat di kampung halaman yang telah dijalin sejak kecil kembali diRefresh dengan menyusun dan
mengikat ikatan pertemanan baru dengan sesama anak baru yang sama-sama hidup
dan berjuang di bawah bangunan yang bernama pondok pesantren. Adapun bagi orang
tua tentu saja dibutuhkan kesabaran karena harus rela terpisah dengan anak
yang dicintai serta harus bekerja dengan giat untuk memenuhi keperluan anak
selama menempuh pendidikan, baik keperluan makan, pakaian serta tentu saja
biaya pendidikan.
Tidak bisa dipungkiri masih banyak pemahaman
di masyarakat (anggapan orang kebanyakan) bahwa ketika memasukkan seorang anak
ke pondok pesantren pasti didasari oleh dua alasan. Alasan Pertama adalah karena anak
tersebut sangat bandel sehingga pondok pesantren dianggap laksana penjara atau
lembaga penghukuman bagi anak agar menjadi jera dan bisa merubah tingkah laku
atau bahkan sekedar menganggap anak sebagai sedikit sampah yang harus dibuang
dan disingkirkan dari kehidupan masyarakat. Alasan Kedua adalah karena menilai anak
mempunyai potensi untuk menjadi seorang 'alim dalam hal agama sehingga
diharapkan mampu menjadi pengayom masyarakat ketika ia menamatkan pendidikannya
serta menjadi pewaris para rasul yang bisa dimintai pendapat atau fatwanya.
Apapun alasan orang tua memondokkan anaknya, setidaknya pilihan tersebut perlu diapresiasi karena Pondok Pesantren adalah lembaga pembinaan ideal. Mengapa pondok pesantren dikatakan merupakan lembaga pendidikan ideal ?, karena pembinaan keceradasan anak baik kognitif, afektif maupun psikomotorik (pembinaan menyeluruh bagi anak) dapat dilakukan dipondok pesantren. Dengan hidup di pondok pesantren anak lebih terfilter dari perkembangan pergaulan yang kurang sehat, selain itu pembagian waktu belajar dan bermain juga lebih baik dibandingkan lembaga keluarga pada umumnya. selain itu, pengawasan dalam hal pembinaan kepribadian dan pengetahuan merupakan hal yang penting agar seorang anak tidak keluar dari jalur dan rambu norma, baik norma agama maupun susila. Maka lembaga pondok pesantren adalah lembaga yang memungkinkan melakukan pengawasan tersebut.
Apapun alasan orang tua memondokkan anaknya, setidaknya pilihan tersebut perlu diapresiasi karena Pondok Pesantren adalah lembaga pembinaan ideal. Mengapa pondok pesantren dikatakan merupakan lembaga pendidikan ideal ?, karena pembinaan keceradasan anak baik kognitif, afektif maupun psikomotorik (pembinaan menyeluruh bagi anak) dapat dilakukan dipondok pesantren. Dengan hidup di pondok pesantren anak lebih terfilter dari perkembangan pergaulan yang kurang sehat, selain itu pembagian waktu belajar dan bermain juga lebih baik dibandingkan lembaga keluarga pada umumnya. selain itu, pengawasan dalam hal pembinaan kepribadian dan pengetahuan merupakan hal yang penting agar seorang anak tidak keluar dari jalur dan rambu norma, baik norma agama maupun susila. Maka lembaga pondok pesantren adalah lembaga yang memungkinkan melakukan pengawasan tersebut.
Meskipun demikian tidak bisa dipastikan bahwa
anak yang menjadi santri otomatis berhasil ketika menyelesaikan pendidikannya. Banyak
hal yang mempengaruhi keberhasilan seseorang ketika menjadi santri, sebut saja misalnya keseriusan anak dalam menjalani pendidikan, kurikulum yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan Pembianaan dan
Pembelajaran di Pondok Pesantren baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun disadari atau tidak, kadang-kadang anak pondok pesantren yang paling bandel
sekalipun masih bisa tampil di masyarakat baik sebagai imam shalat
berjalmaah atau muazzin.
Bersambung…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar