MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN
(Sarana Penegak Agama Islam)
Oleh : Aby Quhava Ahda Al-Banjary
Muhammadiyah
sebagai gerakan dakwah islam amar ma'ruf nahi mungkar belum banyak difahami
secara mendalam oleh masyarakat bahkan oleh warga Muhammadiyah sendiri.
Sebagian ada yang menganggap Muhammadiyah sebagai agama, sehingga sering dahulu
didengar ada seorang ayah yang berpesan dengan anak perempuannya bahwa jika
nanti ia akan menikah, maka harus dengan orang islam, asal jangan pilih orang Muhammadiyah.
Muhammadiyah seolah dianggap agama baru karena diawal kemunculannya gerakan
yang dilakukan tidak sama dengan apa yang dilakukan atau di amalkan oleh orang
kebanyakan. Ada juga yang mengatakan bahwa kita itu harus mengikuti Al-Quran
dan Sunnah yang shahih sebagai pedoman hidup baik terkait akidah, ibadah maupun
muamalah, oleh sebab itu mengikuti himpunan putusan tarjih dianggap tidak
mengikuti dua sumber ajaran islam utama tersebut.
Muhammadiyah
adalah gerakan, organisasi atau lembaga yang dilandasi oleh agama, pondasi
utamanya adalah Al-islam, sehingga setiap gerak langkahnya akan selalu berpedoman
kepada Al-islam sebagai agama dan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber ajarannya.
Sebagai gerakan, Muhammadiyah menjadi sarana agar setiap anggotanya atau kaum
muslimin pada umumnya mudah untuk memahami agama yang dianutnya, bukan hanya
sekedar ikut dengan orang kebanyakan, bukan pula hanya sekedar label pada KTP
yang merupakan bawaan lahir, sekedar formalitas belaka atau karena sebab lain yang
semisalnya. Muhammadiyah bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama
islam, sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
menginginkan agar Islam itu tegak dan tinggi, meskipun diyakini bahwa islam itu
tinggi dan tidak ada yang agama lain yang lebih tinggi daripadanya, namun islam
itu perlu diperjuangkan terlebih dari ronggongan orang-orang yang tidak
menghendaki islam itu bersinar. Hanya meyakini bahwa islam itu tinggi tidak
akan berhasil menempatkan islam menjadi tinggi dalam kehidupan manusia jika
pemeluknya sendiri tidak mengamalkan ajaran-ajarannya, tidak memegang
prinsip-prinsip yang ada padanya serta tidak kenal bahkan asing dengan sumber
utama ajarannya.
Segala
sesuatu terkait hidup dan kehidupan telah lengkap dan sempurna diatur oleh
Allah melalui agama islam, akan tetapi guna memudahkan penerapannya dalam
kehidupan, maka Muhammdiyah membentuk majelis (bagian) yang mengurus urusan
tertentu terkait hidup dan kehidupan itu sendiri. Sebagai contoh misalanya, keberadaan
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus berperan menyampaikan ajaran-ajaran agama
dengan berlandaskan pada sumber aslinya yakni al-Quran dan Sunnah dengan berbagai
kegiatan pengajian agama yang dilaksanakan. Dengan demikian kaum muslimin
benar-benar mampu mengenal, memahami dan menjalankan ajaran tersebut sesuai
dengan apa yang Allah dan Rasulnya tentukan. Apa yang diamalkan bukan lagi sekedar
penerawangan berdasarkan hawa nafsu atau akal pikiran manusia saja, tetapi
telah masuk ke konteks Mutaba'ah. Mutaba'ah yang dimaksud ialah ikut dan tunduk
kepada ketentuan yang digariskan Allah dan Rasulnya dengan mengetahui dengan
jelas sumber-sumbernya dan bukan sekedar mengekor dan ikut-ikutan (taqlid)
dengan orang kebanyakan.
Contoh lainnya
adalah keberadaan Majlis Tarjih, salah satu yang dihasilkan adalah himpunan putusan tarjih (HPT), himpunan
putusan tarjih berisi Rangkuman ajaran islam baik terkait Aqidah, ibadah dan
Muamalah yang dihimpun dari berbagai dalil serta dipilih yang shahih atau
paling Rajih untuk memberi kemudahan dalam pengenalan, pemahaman dan pengamalan.
Akhirnya kaum muslimin khususnya warga Muhammadiyah lebih mudah mengamalkan
ajaran agamanya dengan dasar yang jelas. Pun demikian Muhammadiyah tidak pernah
menganggap bahwa dalil yang dipakai dalam HPT sebagai satu-satunya dalil yang
paling shahih, oleh sebab itu Muhammadiyah tidak mempermasalahkan jika ada kaum
muslimin yang mengamalakan suatu amal yang berbeda dari apa yang dimuat dalam
HPT selama berdasarkan pada dalil yang shahih. Dalam beberapa riwayat Hadist
ditemukan bahwa Rasulullah saw memberikan beberapa contoh yang berbeda terkait
suatu perkara, salah satu tujuannya
adalah agar memberikan kemudahan.
Mengingat pentingnya
pendidikan, Muhammadiyah berjuang dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) agar kaum muslimin dapat memperoleh pendidikan yang layak, selain sebagai penunjang dalam menjalani hidup
di dunia juga sebagai pengejawantahan pelaksanaan perintah agama untuk Talabul
'Ilmi (menuntut ilmu).
Dengan demikian
harapan besar pendiri serta orang-orang yang berkecimpung di Muhammadiyah agar
organisasi yang besar ini mampu memegang peranan dalam menjadikan islam agama sebagai
hanif yang membawa Rahmat bagi semesta alam, serta menjadi sarana bagi
umat islam mampu memahami dan selanjutnya mengamalkan ajaran-ajaran agama islam
yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar