"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Minggu, 18 Desember 2016

pengkaderan Muhammadiyah

KRISIS KADER
(Bagian Petama)

Oleh Abu Quhava Ahda Al- Banjary



Krisis kader tampaknya menjadi kekhawatiran yang dirasakan oleh hampir semua pimpinan daerah muhammadiyah di Kalimantan selatan, atau mungkin menjadi momok dalam skala nasional. Kader memang memegang peran penting untuk melanjutkan gerak langkah persyarikatan (baca:muhammadiyah), sebab tidak mungkin sebuah organisasi besar seperti Muhammadiyah dapat berjalan jika tidak memiliki penerus perjuangan, yakni para kader.
Di beberapa tempat bahkan anak para pimpinan Muhammadiyah sendiri tampak enggan berkecimpung dalam organisasi yang digeluti orang tuanya, sehingga sering muncul tanggapan sinis : " Anaknya pimpinan Muhammadiyah saja tidak ikut kegiatan di Muhammadiyah".
Pengkaderan muncul dari kegiatan, ketika tidak ada kegiatan maka akan sangat sulit melahirkan kader, akan tetapi ketika telah banyak kegiatan yang dilakukan maka akan lebih mudah menghasilkan kader. Muhammadiyah sebagai gerakan besar dan di dalamnya ada organisasi otonom (ortom) seharusnya cukup mudah menghasilkan kader, karena setiap ortom yang dimiliki Muhammadiyah memungkinkan melakukan kegiatan yang dapat disesuaikan dengan tingkatan dan latarbelakang  setiap orang yang ada di masyarakat. Pada usia remaja/pelajar ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), di kalangan Mahasiswa ada ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), di kalangan Pemuda ada Pemuda Muhammadiyah, di kalangan pemudi ada Nasyiatul 'Aisyiah (NA), untuk para ibu ada Aisyiah,  serta bagi yang hobi beladiri ada Tapak Suci (TS) yang bisa membawahi, dan yang menyukai kegiatan kepanduan ada Hizbul Wathan (HW) yang bisa menaungi. Belum lagi amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang jumlahnya tidak sedikit seharusnya juga bisa menjadi pencetak kader-kader Muhammadiyah. Dengan demikian mengapa masih sulit menghasilan kader?.
Dengan semua yang dimiliki Muhammadiyah di atas, banyak faktor yang menyebabkan proses pengkaderan dalam Muhammadiyah tidak berjalan sesuai yang diharapkan, sehingga muncullah kesulitan untuk menghasilkan kader yang mumpuni lagi militan. Beberapa ortom di beberapa daerah tampak mati suri bahkan ada yang benar-benar mati, ada yang ada hanya sebatas nama namun tanpa kegiatan, adanya tumpang tindih jabatan karena orang-orang yang mau aktif memang cuma itu-itu saja, akhirnya tidak dapat melaksanakan program kerja dengan maksimal. Oleh sebab itu saatnya Muhamamdiyah kembali mengambil langkah strategis agar jangan sampai kader-kadernya semakin menyusut bahkan hilang, Na'uzubillah.
Mengingat pengkaderan bisa dilahirkan dari kagiatan, maka yang mesti dilakukan sekarang adalah bergerak dan lakukan kegiatan, namun yang menjadi masalah klasik adalah  dana, bagaimana mungkin melakukan kegiatan kalau tidak ada biaya atau anggaran?. Karena tidak ada anggran atau biaya jadilah kegiatan tidak dapat dilakukan dan hanya sebatas mimpi dan bunga tidur,  akhirnya sulit sekali menghasilkan kader. Najib Hamid (PW Muhamamadiyah Jatim) dalam kesempatan Rakorwil Majelis Pendidikan Kader PWM Kal-Sel mengatakan bahwa sekarang cobalah untuk berfikir terbalik, jangan menunggu dana baru melakukan kegiatan, tapi lakukanlah kegiatan, maka insya Allah dana akan datang dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar