"Sesungguhnya Allah Akan Mengangkat Derajat Orang Yang Beriman dan Memiliki Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat"

Selasa, 20 Desember 2016

Pergerakan Muhammadiyah

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN
(Sarana Penegak Agama Islam)
Oleh : Aby Quhava Ahda Al-Banjary


Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam amar ma'ruf nahi mungkar belum banyak difahami secara mendalam oleh masyarakat bahkan oleh warga Muhammadiyah sendiri. Sebagian ada yang menganggap Muhammadiyah sebagai agama, sehingga sering dahulu didengar ada seorang ayah yang berpesan dengan anak perempuannya bahwa jika nanti ia akan menikah, maka harus dengan orang islam, asal jangan pilih orang Muhammadiyah. Muhammadiyah seolah dianggap agama baru karena diawal kemunculannya gerakan yang dilakukan tidak sama dengan apa yang dilakukan atau di amalkan oleh orang kebanyakan. Ada juga yang mengatakan bahwa kita itu harus mengikuti Al-Quran dan Sunnah yang shahih sebagai pedoman hidup baik terkait akidah, ibadah maupun muamalah, oleh sebab itu mengikuti himpunan putusan tarjih dianggap tidak mengikuti dua sumber ajaran islam utama tersebut.

Minggu, 18 Desember 2016

pengkaderan Muhammadiyah

KRISIS KADER
(Bagian Petama)

Oleh Abu Quhava Ahda Al- Banjary



Krisis kader tampaknya menjadi kekhawatiran yang dirasakan oleh hampir semua pimpinan daerah muhammadiyah di Kalimantan selatan, atau mungkin menjadi momok dalam skala nasional. Kader memang memegang peran penting untuk melanjutkan gerak langkah persyarikatan (baca:muhammadiyah), sebab tidak mungkin sebuah organisasi besar seperti Muhammadiyah dapat berjalan jika tidak memiliki penerus perjuangan, yakni para kader.
Di beberapa tempat bahkan anak para pimpinan Muhammadiyah sendiri tampak enggan berkecimpung dalam organisasi yang digeluti orang tuanya, sehingga sering muncul tanggapan sinis : " Anaknya pimpinan Muhammadiyah saja tidak ikut kegiatan di Muhammadiyah".
Pengkaderan muncul dari kegiatan, ketika tidak ada kegiatan maka akan sangat sulit melahirkan kader, akan tetapi ketika telah banyak kegiatan yang dilakukan maka akan lebih mudah menghasilkan kader. Muhammadiyah sebagai gerakan besar dan di dalamnya ada organisasi otonom (ortom) seharusnya cukup mudah menghasilkan kader, karena setiap ortom yang dimiliki Muhammadiyah memungkinkan melakukan kegiatan yang dapat disesuaikan dengan tingkatan dan latarbelakang  setiap orang yang ada di masyarakat. Pada usia remaja/pelajar ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), di kalangan Mahasiswa ada ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), di kalangan Pemuda ada Pemuda Muhammadiyah, di kalangan pemudi ada Nasyiatul 'Aisyiah (NA), untuk para ibu ada Aisyiah,  serta bagi yang hobi beladiri ada Tapak Suci (TS) yang bisa membawahi, dan yang menyukai kegiatan kepanduan ada Hizbul Wathan (HW) yang bisa menaungi. Belum lagi amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang jumlahnya tidak sedikit seharusnya juga bisa menjadi pencetak kader-kader Muhammadiyah. Dengan demikian mengapa masih sulit menghasilan kader?.